Selamat pagi siang dan malam.
Era digital atau revolusi indsutri 4.0 merupakan arus globalisasi yang kita rasakan saat ini. Perkembangan zaman yang terus terjadi adalah dampak dari evolusi pemikiran yang juga terus terjadi bagi setiap manusia. Perubahan pola hidup terus terjadi, perubahan transaksi, perubahan hubungan sosial, ekonomi dan politik merupakan perubahan yang tak terlekakkan. Lantas bagaimana peran kita sebagai milenial di era digitalisasi saat ini.
Milenial adalah istilah bagi generasi yang hidup saat ini, dilengkapi dengan kecanggihan tekonologi, mudahnya informasi berkembang dan adanya otomasi disetiap sektor. Lantas apakah hal ini akan menjadi benefit atau malahan akan menjadi momok bagi kita dimasa depan.
Adanya otomasi menyebabkan lapangan pekerjaan semakin berkurang, digantinya sumber daya manusia dengan sumber daya mesin ataupun teknologi lainnya tentunya mengurangi peran manusia sebagai faktor produksi. Tentu hal ini menjadi pertimbangan dimasa mendatang, dokhawatirkan hal ini akan berkorelasi positif terhadap meningkatnya kriminalitas dan semakin tingginya GAP antara si kaya dan si miskin, si pemilik modal dan si buruh, si borjuis dan ploretal ataupun sikapitalis dan marginal.
Lantas kita sebagai generasi milenial merupakan generasi yang dituntut untuk terus mampu dalam mengikuti arus globalisasi dan tidak hanyut dalam persaingan atau kompetisi hidup. Digantikannya peran manusia sebagai faktor produksi juga turut mengganti hal-hal lain dalam transaksi kehidupan yang berlangsung. Digantikannya hal-hal lumrah menjadi digitalisasi sehingga terdapat kemudahan dalam hal transaksi. Adanya perubahan iklim baik itu diiklim usaha dan perekonomian juga menjadi salah satu faktor bagaimana kita sebagai generasi milenial untuk terus dapat berkontribusi di era sekarang.
Industri 4.0, merupakan era dimana semua dikerjakan hampir oleh komputer dan mesin. Peran manusia diminimalisir dalam menjalankan setiap kegiatan yang berlangsung. Namun tentunya, walaupun ada teknologi artificial inteligent atau AI tetep saja hal ini masih dalam pengembangan dan kita sebagai manusia masih dibutuhkan sebagai penggerak dari sistem ini. Setiap faktor produksi yang ada saat ini tentunya harus memiliki kepala divisi atau tenaga ahli untuk menjalakannya. Hal ini merupakan kewajiban bagi kita sebagai kaum milenial untuk mampu menjadi tenaga profesional sehingga tetap dibutuhkan dalam hal faktor produksi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tentunya akan menjadi hal yang bagus, sehingga milenial tidak hanya menjadi konsumen di zaman ini namun juga menjadi produsen.
Untuk Indonesia sendiri, tahuh 2025 merupakan bonus demografi yang dihadapi oleh Indonesia. Dimana hampir 75% penduduk Indonesia berada pada usai produktif yaitu rentan antara 15 - 64 tahun. Tentunya hal ini merupakan bonus dalam hal menghadapi industri 4.0. Jika dapat dimanfaatkan dengan baik, bonus demografi ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kita dan menginkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia. Namun juga dapat menjadi momok bagi kita jika tidak dapat menjalankannya dengan baik. Hal ini dikarenakan setelah bonus demografi ini berakhir, akan memasuki fase dimana hampir kebanyakan penduduk berada diusia lansia. Sehingga kita membutuhkan grand strategy yang tepat guna menghadapi industri 4.0.
Diharapkan kita sebagai milenial menjadi tenaga ahli dalam menghadapi globalisasi saat ini, sehingga ketikan menghadapi bonus demografi yang berlangsung tahun 2025 kita dapat memaksimalkan potensi faktor produksi kita dan bukan menjadi momok bagi Indonesia sendiri.
Era digital atau revolusi indsutri 4.0 merupakan arus globalisasi yang kita rasakan saat ini. Perkembangan zaman yang terus terjadi adalah dampak dari evolusi pemikiran yang juga terus terjadi bagi setiap manusia. Perubahan pola hidup terus terjadi, perubahan transaksi, perubahan hubungan sosial, ekonomi dan politik merupakan perubahan yang tak terlekakkan. Lantas bagaimana peran kita sebagai milenial di era digitalisasi saat ini.
Milenial adalah istilah bagi generasi yang hidup saat ini, dilengkapi dengan kecanggihan tekonologi, mudahnya informasi berkembang dan adanya otomasi disetiap sektor. Lantas apakah hal ini akan menjadi benefit atau malahan akan menjadi momok bagi kita dimasa depan.
Adanya otomasi menyebabkan lapangan pekerjaan semakin berkurang, digantinya sumber daya manusia dengan sumber daya mesin ataupun teknologi lainnya tentunya mengurangi peran manusia sebagai faktor produksi. Tentu hal ini menjadi pertimbangan dimasa mendatang, dokhawatirkan hal ini akan berkorelasi positif terhadap meningkatnya kriminalitas dan semakin tingginya GAP antara si kaya dan si miskin, si pemilik modal dan si buruh, si borjuis dan ploretal ataupun sikapitalis dan marginal.
Lantas kita sebagai generasi milenial merupakan generasi yang dituntut untuk terus mampu dalam mengikuti arus globalisasi dan tidak hanyut dalam persaingan atau kompetisi hidup. Digantikannya peran manusia sebagai faktor produksi juga turut mengganti hal-hal lain dalam transaksi kehidupan yang berlangsung. Digantikannya hal-hal lumrah menjadi digitalisasi sehingga terdapat kemudahan dalam hal transaksi. Adanya perubahan iklim baik itu diiklim usaha dan perekonomian juga menjadi salah satu faktor bagaimana kita sebagai generasi milenial untuk terus dapat berkontribusi di era sekarang.
Industri 4.0, merupakan era dimana semua dikerjakan hampir oleh komputer dan mesin. Peran manusia diminimalisir dalam menjalankan setiap kegiatan yang berlangsung. Namun tentunya, walaupun ada teknologi artificial inteligent atau AI tetep saja hal ini masih dalam pengembangan dan kita sebagai manusia masih dibutuhkan sebagai penggerak dari sistem ini. Setiap faktor produksi yang ada saat ini tentunya harus memiliki kepala divisi atau tenaga ahli untuk menjalakannya. Hal ini merupakan kewajiban bagi kita sebagai kaum milenial untuk mampu menjadi tenaga profesional sehingga tetap dibutuhkan dalam hal faktor produksi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tentunya akan menjadi hal yang bagus, sehingga milenial tidak hanya menjadi konsumen di zaman ini namun juga menjadi produsen.
Untuk Indonesia sendiri, tahuh 2025 merupakan bonus demografi yang dihadapi oleh Indonesia. Dimana hampir 75% penduduk Indonesia berada pada usai produktif yaitu rentan antara 15 - 64 tahun. Tentunya hal ini merupakan bonus dalam hal menghadapi industri 4.0. Jika dapat dimanfaatkan dengan baik, bonus demografi ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kita dan menginkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia. Namun juga dapat menjadi momok bagi kita jika tidak dapat menjalankannya dengan baik. Hal ini dikarenakan setelah bonus demografi ini berakhir, akan memasuki fase dimana hampir kebanyakan penduduk berada diusia lansia. Sehingga kita membutuhkan grand strategy yang tepat guna menghadapi industri 4.0.
Diharapkan kita sebagai milenial menjadi tenaga ahli dalam menghadapi globalisasi saat ini, sehingga ketikan menghadapi bonus demografi yang berlangsung tahun 2025 kita dapat memaksimalkan potensi faktor produksi kita dan bukan menjadi momok bagi Indonesia sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar